bimantara.blogspot.com

"Learn like a Newbie, Work Like a Master !" And the winner never give up

Thursday, November 20, 2008

Virtualisasi, Bukan Tren Tapi Kebutuhan

Posted by Biar Puas


Rabu, 19 November 2008 | 20:16 WIB

Seiring pertumbuhan bisnisnya, perusahaan dihadapkan pada kebutuhan infrastruktur teknologi informasi yang makin besar. Hal tersebut tentu akan berimbas kepada naiknya kebutuhan energi, tambahan sumber daya manusia, dan secara keseluruhan akan menaikkan total cost ownership (TCO) yang harus dikeluarkan.

Teknologi virtualisasi menawarkan ekspansi infrastruktur teknologi informasi ke level yang lebih tinggi tanpa harus dihadapkan kepada ongkos investasi yang berlipat. Hal tersebut memungkinkan karena virtualisasi menyederhanakan cara memanfaatkan sumber daya komputer sehingga dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan. Sebelum ada virtualisasi, setiap aplikasi bisnis harus berjalan dengan server masing-masing sehingga dikenal ada server CRM (customer relationship management), ERP (enterprises resource planning), dan sejenisnya.

Setiap penambahan aplikasi akan diikuti dengan penambahan mesin baru dan tentu kebutuhan ruangan baru. Dengan virtualisasi, penambahan ruang bisa dikatakan tak diperlukan karena sebuah server dapat digunakan bersama-sama untuk banyak aplikasi. Penambahan mesin pun, jika diperlukan karena keterbatasan kapasitas, menggunakan sistem modular sehingga lebih cepat dan efisien. Ongkos untuk membayar lisensi software juga akan lebih kecil dengan jumlah server yang lebih sedikit.

"Banyak perusahaan yang sebelumnya melihat teknologi informasi sebagai beban. Di sinilah virtualisasi bisa berperan menjadikan teknologi informasi sebagai strategic tools," ujar Daphne Chung, Senior Research Manager IDC Asia Pacific saat peluncuran Microsoft Hyper-V dan System Center Virtual Machine di Jakarta, 30 Oktober 2008.

Daphne mengatakan virtualisasi merupakan kebutuhan yang tidak dapat ditolak lagi oleh setiap perusahaan, tidak hanya perusahaan besar namun juga perusahaan menengah dan kecil. Apalagi, di saat krisis energi dan keuangan yang tengah dihadapi dunia industri saat ini. Ia mengatakan tahun pada tahun 2007 sekitar 85 persen perusahaan di Indonesia mengaku belum mengerti bahkan belum tahu manfaat virtualisasi. Namun, tahun ini diperkirakan 25 persen perusahaan akan mengimplementasikan virtualisasi.

Pertumbuhan pengguna virtualisasi bahkan diperkirakan sangat tinggi hingga tiga kali lipat per tahunnya. Selain itu, lanjut Chung, teknologi virtualisasi bukanlah sebuah tren dan telah disiapkan evolusinya. Virtualisasi 2.0 yang menjadi basis platform saat ini mungkin baru membagi-bagi resource, namun Virtualisasi 3.0 akan dilengkapi kemampuan intelegensia untuk mengatur resource secara efisien secara otomatis.

Baik pengaturan penggunaan hardisk sebagai media penyimpan, pengaturan memori, prosesor, maupun komponen komputasi lainnya. Untuk mengatur komponen-komponen tersebut dibutuhkan software perantara yang disebut hypervisor. Hyper-V dan System Center Virtual Machine merupakan salah satu solusi pengaturan resource tersebut yang disediakan Microsoft.

Sebagai hypervisor, Hyper-V bekerja di atas Microsoft Windows Server 2008. Dengan menginstalasi Hyper-V, pengguna Windows Server 2008 juga dapat menjalankan system operasi lainnya seperti Linux, Novel, Solaris, dan lainnya. Hyper-V dapat diunduh secara cuma-cuma. Sementara System Center Virtual Machine dijual sebagai bagian solusi virtualisasi sesuai kebutuhan pengguna.

"Microsoft Hyper-V dan System Center Virtual Machine akan membantu pelanggan untuk menjalankan proses bisnis secara virtual, mengatur aset fisik dan virtual mereka secara lebih efisien dari desktop hingga data center," ujar Suresh Kalpaty, Regional Director Partner Solution Microsoft Asia Pacific.

Untuk skala kecil, penggunaan virtualisasi diprediksi menurunkan konsumsi listrik minimal 25 persen dibandingkan tanpa virtualisasi. Sementara untuk skala besar penghematan energi mencapai 80 persen. "Di Indonesia, tercatat sudah ada sekitar 56 persen pelanggan Microsoft yang sangat tertarik mengimpelemtasikan virtualisasi. Sedangkan 8 persen pelanggan Microsoft telah mengimplementasikannya secara menyeluruh," ujar Adrian Anwar, Server Business Group Lead Enterprises PT Microsoft Indonesia.

Sejumlah perusahaan yang telah menggunakan solusi virtualisasi Microsoft antara lain BCA, Allianz, Bank Indonesia, Lippo Bank, dan Sierad Produce. Solusi tersebut juga telah digunakan perusahaan global seperti AXA International, HSBC, Lufthanza Systems, Siemens, dan Telecom Italia.

Meski virtualisasi telah menjadi kebutuhan, belum banyak perusahaan yang dapat mengimplementasikan dengan tepat. Menurut survey Hewlett Packard, dari 60 persen perusahaan yang menggunakan virtualisasi baru sepertiga yang tahu cara memenfaatkan untuk meningkatkan kinerja bisnisnya. "Yang paling penting dalam implelmentasi virtualisasi tetap bagaimana cara meningkatkan value atau utilisasi bagi customer," ujar Yadi Karyadi, Business Development Managet PT Intel Indonesia. Jadi, jelas sudah bahwa virtualisasi sesungguhnya bukanlah tren melainkan kebutuhan.

sumber: tekno.kompas.com

0 comments: